Minggu, 21 November 2010

Metlit BAB I

A. MAKNA PENELITIAN
Penelitian, kata dasarnya adalah teliti yang artinya cermat atau seksama. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), penelitian dapat merupakan pemeriksaan yang
teliti atau penyelidikan. Penelitian merupakan usaha penyelidikan yang sistematis
dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban
(Sekaran, 1994:4). Kata sistematis dan terorganisasi menunjukkan bahwa untuk
mencapai tujuannya penelitian menggunakan cara-cara atau prosedur tertentu yang
diatur dengan baik.

1. Mengapa penelitian dilakukan atau apa tujuan penelitian?

Penelitian merupakan refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-
fakta atau fenomena secara lebih mendalam. Perhatian dan pengamatan terhadap
fakta atau fenomena merupakan awal dari kegiatan penelitian yang menimbulkan
suatu pertanyaan masalah. Penelitian pada dasarnya merupakan penyelidikan yang
sistematis untuk
a. memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan penelitian (tujuan
jangka pendek/tujuan praktis).
b. mengembangkan pengetahuan (tujuan jangka panjang).

2. Karakteristik Penelitian
Ada tiga faktor yang merupakan karakteristik penelitian: tujuan penelitian, metode
penelitian, dan hubungan antara penelitian dan ilmu.
Disamping aspek motivasi dan
tujuan penelitian, peneliti perlu mempelajari Metodologi Penelitian.
Metodologi berasal dari kata method yang berarti cara atau suatu prosedur, dan logos
atau ilmu. Menurut para ahli, penggunaan metodologi penelitian dianggap baik
apabila seorang peneliti mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi,
merumuskan masalah tersebut secara tepat, menentukan prosedur penelitian yang
digunakan secara rinci sehingga memungkinkan peneliti lain, kalau perlu, bisa
mengulangi penelitian yang sama, menggunakan desain yang tepat serta melaporkan
hasil-hasilnya dengan menggunakan metoda yang dapat dipertanggungjawabkan
B. SIKAP ILMIAH

1. Bagaimana Memilih Pengetahuan yang Benar?
Terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendapat/mencapai kebenaran:
a. Pendekatan non ilmiah.
b. Pendekatan ilmiah.

a. Pendekatan non ilmiah
Pendekatan non ilmiah merupakan usaha pencarian kebenaran/pengetahuan tanpa
melewati tata tertib pendekatan ilmiah. Pendekatan non ilmiah ini biasanya dilakukan
dengan cara berikut: menggunakan akal sehat, menggunakan prasangka, menggunakan
intuisi, suatu penemuan kebetulan dan coba-coba, serta pendapat otoritas ilmiah dan
pikiran kritis.
1) Menggunakan akal sehat
Akal sehat merupakan serangkaian konsep dan bagan konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis manusia.
Contoh 1.1
• Karena sinar matahari bisa membunuh kuman, maka orang yang sakit agar
sembuh di jemur di bawah sinar matahari. Alasannya adalah kuman
menyebabkan orang sakit.

• Menurut akal sehat, banyak pendidik meyakini bahwa hukuman adalah
alat utama dalam pendidikan. Namun berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa bukan hukuman yang merupakan alat utama dalam
pendidikan, melainkan ganjaran.
Kelemahan pencarian kebenaran/pengetahuan dengan cara menggunakan
akal sehat adalah kecenderungan untuk melakukan generalisasi. Dari contoh
1.1, diketahui bahwa tidak semua orang sakit disebabkan oleh kuman atau hukuman merupakan alat utama dalam pendidikan.

2) Menggunakan prasangka
Penggunaan prasangka biasanya dilakukan apabila pencapaian tujuan secara
akal sehat diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya. Dengan
menggunakan prasangka, orang cenderung mempersempit pengamatannya.
Contoh 1.2
• Ketika terjadi pemboman lagi di Aceh, orang-orang GAM ditangkapi.
Alasannya adalah karena GAM adalah organisasi pengacau keamanan di
Aceh, maka setiap ada pemboman pasti dilakukan GAM.
Kelemahan dengan cara ini adalah orang cenderung mempersempit
pengamatan dan cenderung mengkambinghitamkan orang lain. Dari contoh
1.2, hanya GAM yang diperhatikan gerak-geriknya dan aparat keamanan menganggap GAM adalah penyebab terjadinya kekacauan keamanan di Aceh padahal aparat keamanan yang kerjanya kurang baik.
3) Pendekatan intuitif
Mengambil kesimpulan/menetukan pendapat melalui proses yang tidak disadari/tidak dipikirkan langkah-langkahnya terlebih dahulu. Di sini tidak ada langkah-langkah sistematis dan terkendali.
Contoh 1.3
• Pemilihan lokasi bisnis yang dilakukan seorang wirausahawan seringkali
menggunakan intuisi.
• Banyak yang menentukan calon pasangan hidupnya didasarkan atas
intuisinya.

4) Penemuan secara kebetulan dan coba-coba.
Dalam sejarah manusia, banyak penemuan diperoleh secara kebetulan/tanpa rencana.
Contoh 1.4
• Penemuan kina sebagai obat malaria.
• Penemuan hukum Newton.
• Penemuan kue brownies.

Walaupun penemuan-penemuan yang diperoleh ini sangat berguna, akan tetapi penemuan ini bukan didapatkan melalui pendekatan ilmiah.

5) Pendapat otoritas ilmiah
Otoritas ilmiah adalah orang yang biasanya menempuh pendidikan formal
tinggi dan/atau punya pengalaman cukup banyak. Pendapat mereka sering
diterima tanpa diuji lebih dahulu karena dipandang benar. Tetapi pendapat
otoritas tidak selamanya benar, karena tidak berdasarkan penelitian tetapi atas
pemikiran logis.
Contoh 1.5
• Pergantian Presiden akan memberikan sentimen positif pada pasar saham
dan mata uang.
• Apa yang dikatakan oleh Gus Dur seringkali dianggap sebagai informasi
benar oleh para pendukungnya.

b. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah merupakan pencarian kebenaran atau pengetahuan didasarkan atas ciri-ciri keilmuan (rasional, empiris, dan sistematis) dan dibangun didasarkan atas teori tertentu.
1. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia.
2. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh panca indera manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
3. Sistematis berarti menggunakan proses dengan langkah-langkah logis.
Setiap usaha yang dinyatakan sebagai usaha ilmiah harus didasarkan atas sistem dan metode tertentu yang menjadi pedoman disebut metode ilmiah. Dengan demikian, upaya mencari kebenaran dengan pendekatan ilmiah dilakukan dengan cara-cara atau langkah-langkah yang teratur dan sistematis.
Proses pencarian kebenaran/pengetahuan menggunakan metode ilmiah berawal dari penemuan masalah, merujuk teori, menggunakan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

Kriteria metoda ilmiah harus dilakukan: berdasarkan fakta, bebas dari prasangka, menggunakan prinsip analisis, menggunakan hipotesis, menggunakan ukuran obyektif, dan menggunakan teknik kuantifikasi.

C. PENELITIAN ILMIAH

Penelitian ilmiah merupakan bagian tak terpisahkan dari ilmu pengetahuan. Penelitian ilmiah merupakan penelitian yang mengandung unsur-unsur ilmiah atau keilmuan dalam aktivitasnya. Unsur-unsur yang penting dalam penelitian ilmiah adalah observasi dan nalar (reasoning).
Penelitian ilmiah juga berarti penyelidikan yang sistematik, terkontrol, empiris dan
kritis tentang fenomena-fenomena alami, dipandu oleh teori-teori dan hipotesis
tentang hubungan yang diduga terdapat diantara fenomena-fenomena tersebut.

Penelitian ilmiah dapat merupakan mesin yang memproses produk ilmu pengetahuan.
Penelitian ilmiah merupakan serangkaian kegiatan sistematis yang didasarkan pada metode ilmiah dengan tujuan mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan atau pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya.

1. Syarat Melakukan Penelitian Ilmiah
Diperlukan paling tidak dua syarat agar penelitian ilmiah dapat dilakukan dengan
baik:
a. Memahami konsep dasar ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
Contoh 1.6
• Jika seseorang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan
pemasaran, maka ia harus mempelajari dan memahami konsep dan teori
pemasaran.
• Jika seseorang ingin melakukan penelitian/membuat tugas akhir yang
berkaitan dengan perancangan aplikasi sistem informasi inventori barang,
maka ia harus mempelajari dan memahami konsep perancangan sistem
informasi, bahasa program yang akan digunakan, serta teori dan konsep
inventori barang.
b. Menguasai metodologi penelitian (pengetahuan tentang berbagai metoda yang
digunakan dalam penelitian ilmiah). Agar penelitian yang dilakukan sesuai
dengan harapan dan tujuan, seorang peneliti harus menguasai metodologi
penelitian yang dilakukan.
Contoh 1.7
• Metode penelitian yang digunakan dalam bidang rekayasa (engineering),
misalnya perancangan sistem informasi seringkali mempunyai perbedaan
dengan metode penelitian yang digunakan dalam bidang manajemen atau
sosial.


D. KONSEP ILMU PENGETAHUAN
1. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan konsep yang sulit didefinisikan dengan batas-batas
yang jelas. Cakupannya luas serta batas-batasnya kabur. Fungsi ilmu pengetahuan
juga sering tidak terdefinisikan dengan pasti dan sering dinyatakan secara
berbeda-beda.
Ilmu pengetahuan mencoba menjelaskan fenomena/fakta untuk memahami
hakekat suatu objek, atau mendapatkan pengetahuan tentang objek tersebut.
Pemahamannya dilakukan melalui observasi/pengamatan terhadap objek.
Hasilnya merupakan sekumpulan fakta/fenomena yang dapat dibuktikan secara
empiris, yaitu dapat diamati langsung oleh manusia dengan menggunakan panca
inderanya.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan teori-teori. Masing-masing teori berguna untuk menjelaskan hubungan antar fakta. Hubungan antar fakta diamati secara empiris dan apa adanya tanpa memperhatikan apakah hubungan-hubungan tersebut indah, bagus, atau baik secara etis. Dengan demikian ilmu pengetahuan harus jujur, bebas nilai, dan objektif.
Akan tetapi dalam prakteknya, penggunaan ilmu pengetahuan tidak bebas nilai.
Dalam hal ini, seorang ilmuan dapat mempunyai rasa tanggung jawab
kemanusiaan, misalnya dengan mencegah penemuannya disalahgunakan untuk
maksud-maksud buruk. Karena objektif, ilmu pengetahuan harus terbuka, agar
bebas dari nilai-nilai pribadi dan juga harus terbuka untuk semua orang. Karena
terbuka, ilmu pengetahuan jadi bersifat jelas, mulai dari awal penelitian sampai
penarikan kesimpulan.
Kesimpulannya adalah bahwa Ilmu Pengetahuan harus mempunyai ciri-ciri berikut, yaitu terstruktur secara sistematis, merupakan hasil observasi empiris, bersifat objektif, jelas dan dapat diuji secara terbuka oleh semua orang.
2. Pola Dalam Kegiatan Berpikir
Ilmu Pengetahuan merupakan hasil kegiatan berpikir, baik dari hasil kegiatan berpikir rasional dan kegiatan berpikir empiris.
a. Apakah kegiatan berpikir rasional itu?
Kebenaran sebagai dasar ilmu pengetahuan yang didapat dari pemikiran
manusia secara rasional (menggunakan rasio atau akal), tanpa bukti nyata di
lapangan.
Contoh 1.8
• Terdapat tiga bilangan real a, b, dan c.
Jika a > b dan b > c, maka a > c.
(misalkan bilangan tersebut adalah 2,5, dan 10. Jika 10 > 5 dan 5 > 2, maka
10 > 2)
• Penentuan awal puasa 1 Ramadhan dan 1 Syawal yang hanya didasarkan
pada metode hisab (perhitungan).
Kelemahan berpikir rasional adalah cenderung sulit untuk memperoleh kata sepakat tentang kebenaran, karena setiap orang cenderung hanya percaya menurut kebenaran yang pasti menurut diri sendiri.
Contoh 1.9
• Contoh kelemahan berpikir rasional adalah pendapat 6 orang yang buta
tentang gajah.
b. Apakah Kegiatan Berpikir Empiris Itu?
Karena kelemahan berpikir rasional, muncul pola berpikir lain yang
berlawanan, yaitu berpikir empiris yang menganjurkan agar
kebenaran/pengetahuan dicari dari kenyataan/alam. (Pemikiran ini
dipelopori Sir Francis Bacon).
Contoh 1.10
• Penentuan awal puasa 1 Ramadhan dan 1 Syawal yang hanya didasarkan
pada metode ru’yat (melihat hilal).
Akan tetapi empirisme mempunyai kelemahan, diantaranya :
1) Kadang-kadang fakta yang ada tidak mempunya arti, sehingga tidak bisa
ditafsirkan.
2) Fakta yang sama bisa diartikan secara berbeda (dari persepsi individu).
3) Kadang-kadang yang diketahui hanya sebagian fakta, sehingga kumpulan
fakta tidak merupakan pengetahuan yang utuh tentang obyek.
Berangkat dari kelemahan masing-masing kegiatan berpikir tersebut, akhirnya muncul gagasan untuk menggabungkan rasionalisme dan empirisme, yang disebut Metode Keilmuan. Dalam hal ini Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran logis, sedangkan Empirisme memberikan kerangka pengujian untuk memastikan kebenaran.
3. Proses Kegiatan Keilmuan
Jika a > b dan b > c, maka a > c.
(misalkan bilangan tersebut adalah 2,5, dan 10. Jika 10 > 5 dan 5 > 2, maka
10 > 2)
• Penentuan awal puasa 1 Ramadhan dan 1 Syawal yang hanya didasarkan
pada metode hisab (perhitungan).
Kelemahan berpikir rasional adalah cenderung sulit untuk memperoleh kata sepakat tentang kebenaran, karena setiap orang cenderung hanya percaya menurut kebenaran yang pasti menurut diri sendiri.
Contoh 1.9
• Contoh kelemahan berpikir rasional adalah pendapat 6 orang yang buta
tentang gajah.
b. Apakah Kegiatan Berpikir Empiris Itu?
Karena kelemahan berpikir rasional, muncul pola berpikir lain yang
berlawanan, yaitu berpikir empiris yang menganjurkan agar
kebenaran/pengetahuan dicari dari kenyataan/alam. (Pemikiran ini
dipelopori Sir Francis Bacon).
Contoh 1.10
• Penentuan awal puasa 1 Ramadhan dan 1 Syawal yang hanya didasarkan
pada metode ru’yat (melihat hilal).
Akan tetapi empirisme mempunyai kelemahan, diantaranya :
1) Kadang-kadang fakta yang ada tidak mempunya arti, sehingga tidak bisa
ditafsirkan.
2) Fakta yang sama bisa diartikan secara berbeda (dari persepsi individu).
3) Kadang-kadang yang diketahui hanya sebagian fakta, sehingga kumpulan
fakta tidak merupakan pengetahuan yang utuh tentang obyek.
Berangkat dari kelemahan masing-masing kegiatan berpikir tersebut, akhirnya muncul gagasan untuk menggabungkan rasionalisme dan empirisme, yang disebut Metode Keilmuan. Dalam hal ini Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran logis, sedangkan Empirisme memberikan kerangka pengujian untuk memastikan kebenaran.
3. Proses Kegiatan Keilmuan
Tujuan kegiatan keilmuan adalah mencari/menguji kerangka pemikiran logis (disebut juga Teori, Hukum, Asas, Kaidah, dan sebagainya) yang bersifat umum. Sifat umum diperlukan agar kerangka pemikiran logis itu dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai gejala dengan macam-macam objek yang berbeda
Salah satu cara menarik kesimpulan bersifat umum adalah PROSES INDUKSI, yaitu menarik kesimpulan bersifat umum dari kasus-kasus individual.
Contoh 1.11
• Agus adalah seorang sales eksekutif kartu kredit sebuah bank swasta. Hasil
penjualan Agus terendah diantara rekan-rekan kerjanya. Dari sini dapat ditarik
kesimpulan (hipotesis) bahwa permasalahannya adalah ia kurang aktif
mengunjungi calon nasabahnya. Hal ini menimbulkan pula hipotesis berbeda
atas bukti-bukti lain, seperti:
a) Kemampuan menjual Agus rendah, sehingga efektivitas penjualan
menurun.
b) Agus kurang berbakat bekerja di pemasaran bank.
c) dsb.
Penarikan kesimpulan harus memenuhi persyaratan tertentu. Kesimpulan harus
bersifat umum dan dapat memperhitungkan pengaruh dari faktor kebetulan. Oleh
karena itu, digunakan STATISTIKA. Statistika dapat digunakan untuk
menghitung besarnya peran faktor kebetulan dalam penarikan kesimpulan,
memberikan jalan untuk sampai pada kesimpulan terhadap objek-objek yang jumlahnya terbatas, dan mengukur derajat hubungan antara faktor-faktor yang melandasi suatu masalah.
Konsep lain dalam kegiatan keilmuan adalah PROSES DEDUKSI, yaitu penarikan kesimpulan bersifat individual dari pernyataan/kerangka berpikir logis yang bersifat umum.
Contoh 1.12
Premis 1: Semua pegawai Politeknik rajin bekerja. Premis 2: Rizal seorang pegawai Politeknik.
Premis 3: Rizal rajin bekerja.
Dalam proses Deduksi digunakan logika untuk menerapkan pernyataan bersifat umum. Logika akhirnya menjadi Matematika.
Dalam proses kegiatan keilmuan, Fenomena/Fakta digunakan untuk:
a. Merumuskan teori baru.
b. Menguji teori yang sudah ada.
Fenomena/Fakta diperoleh dari Observasi/Pengamatan, yang harus dilakukan
dengan Metode Pengamatan tertentu. Intensitas suatu gejala/fakta yang diteliti
diukur dengan Metode Pengukuran, yang juga dapat digunakan untuk mengukur
hubungan gejala tersebut dengan gejala yang lain secara kuantitatif - agar
ketelitian bisa lebih tinggi.
Dunia keilmuan terbagi menjadi Dunia Rasional dan Dunia Empiris. Dalam dunia rasional, Teori dikembangkan menjadi Hipotesis ataupun diaplikasikan dengan bertumpu pada Logika ataupun Matematika. Di dalam dunia empiris, Hipotesis digunakan sebagai dasar untuk menetapkan Cara Pengamatan ataupun Cara Pengukuran yang akhirnya memberikan Fenomena/Fakta.
Dengan Statistika, dilakukan penarikan kesimpulan tentang fenomena/fakta
secara induktif, baik untuk merumuskan teori yang baru ataupun menguji teori
yang lama.
E. PARADIGMA PENELITIAN
Paradigma penelitian, terutama ilmu-ilmu sosial, merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma penelitian secara ekstrim dipisahkan menjadi:
1. Paradigma Kuantitatif .
Paradigma kuantitatif (penelitian kuantitatif) disebut juga dengan paradigma
tradisional, positivis, eksperimental atau empiris. Penelitian kuantitatif menekankan pengujian teori melalui pengukuran variabel dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Contoh 1.13
Penelitian dengan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan contoh tipe penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif.
2. Paradigma Kualitatif
Paradigma kualitatif (penelitian kualitatif) disebut juga dengan pendekatan
konstruktifis, naturalis atau pendekatan interpretatif. Penelitian kualitatif menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas yang holistik, kompleks dan rinci.
Contoh 1.14
Penelitian dengan pendekatan induktif yang bertujuan untuk menyusun konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan contoh tipe penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif.
Perbedaan antara paradigma kuantitatif dan paradigm kualitatif terletak pada asumsiasumsi yang digunakan dalam penelitian. Perbedaan selanjutnya akan mempengaruhi strategi dan desain penelitian.
F. KRITERIA PENELITIAN ILMIAH
Penelitian ilmiah mempunyai kriteria tertentu, yaitu:
1. Menyatakan tujuan secara jelas.
2. Menggunakan landasan teoritis dan metode pengujian data yang relevan.
3. Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoritis atau berdasarkan
pengungkapan data.
4. Mempunyai kemampuan untuk diuji ulang (replikasi).
5. Menarik kesimpulan secara objektif.
6. Melaporkan hasilnya secara parsimony (simple).
7. Temuan penelitian dapat digeneralisasi.
G. TAHAPAN PENELITIAN ILMIAH
Tahapan-tahapan dalam penelitian ilmiah merupakan pedoman peneliti untuk melakukan penelitian dengan cara yang benar. Urutan dan jenis kegiatan penelitian ilmiah bisa berbeda-beda tergantung jenis penelitiannya. Secara umum langkahlangkah penelitian meliputi:
1. Merumuskan Masalah Dengan Jelas.
2. Melakukan Studi Kepustakaan/Literatur.
3. Menentukan Desain/Pendekatan/Strategi Penelitian yang Sesuai.
4. Merumuskan Hipotesis.
5. Melakukan Identifikasi, Klasifikasi, dan Definisi Operasional dari
Variabel-Variabel Penelitian.
6. Melakukan Pemilihan/Pengembangan Alat Pengumpul Data Penelitian.
7. Menentukan Populasi dan Sampel Penelitian.
8. Mengumpulkan Data Penelitian.
9. Melakukan Pengolahan dan Analisis Data Penelitian.
10. Melakukan Penarikan Kesimpulan.
11. Menyusun Laporan Penelitian.
Catatan: urutan dan jenis kegiatan yang perlu dilakukan dapat berbeda-beda, sesuai dengan jenis penelitian.

1 komentar:

  1. Tioga Falls Casino | TIATIC HOTEL ONLINE SINGLE BAG
    Tioga Falls Casino features an outdoor pool, restaurant and titanium jewelry piercing event titanium white rocket league space offering a titanium touring sauna, an indoor 2020 ford edge titanium for sale pool and a titanium wallet sauna.

    BalasHapus